
KOMPAS.com – Sebagian besar pengguna di platform distribusi game milik Valve, Steam disebut banyak yang tak memainkan game yang sudah mereka beli.
Hal ini disimpulkan dalam sebuah survei yang dilakukan seorang analis industri game dari GameDiscoverCo, Simon Carless.
Survei yang menggandeng platform analitik game GaminyAnalytics.info tersebut mengatakan bahwa sekitar ratusan ribu akun publik di Steam hanya memainkan setidaknya 32,7 persen dari total game yang mereka miliki.
Angka tersebut merupakan angka rata-rata (average) dari total keseluruhan pengguna yang memainkan game yang mereka beli.
Baca juga: Steam Summer Sale 2025, Harga Game Didiskon hingga 95 Persen
Jika dilihat dari nilai tengahnya (median), para pengguna Steam ini hanya memainkan sekitar 51,5 persen dari total game yang dimiliki.

Dengan kata lain, mayoritas pengguna Steam tak memainkan game yang dibeli, entah karena tak ada waktu, hanya ingin mengoleksi saja, atau memanfaatkan event diskon karena harga game sedang murah.
Dalam survei lainnya, analis industri game dan Steam Chris Zukowski menyimpulkan hal serupa.
Ia mengatakan bahwa dari ribuan game yang berpartisipasi dalam ajang kumpul pengembang (developer) Steam Next Fest 2025, hanya 139 game yang versi demo-nya dimainkan dan dimasukkan ke dalam daftar keinginan atau beli (wishlist).
Sekitar 668 game hanya dimainkan versi demo-nya, sedangkan 907 game hanya dimasukkan ke dalam wishlist.

Ini berarti pengguna tak tertarik memainkan game versi demo yang biasanya disebar secara gratis dan hanya tertarik untuk memasukkan game ini ke daftar wishlist saja.
Kesimpulan lainnya adalah pengguna tak benar-benar tertarik memainkan suatu game, lantaran game terserbut tidak dimainkan versi demo-nya dan tidak di-wishlist secara bersamaan.
Apabila tertarik dengan game itu, biasanya seorang gamer memainkan versi demo dan langsung melakukan wishlist terhadap game tersebut, supaya bisa memainkan gamenya di hari pertama ketika dirilis.
Alasan dan dampak kepada developer

Banyak alasan mengapa pengguna hanya membeli game tanpa memainkannya. Alasan yang paling lumrah kemungkinan pengguna tersebut tak punya waktu luang atau memang punya uang dan memiliki sifat impulsif ingin mengoleksi game saja.
Alasan lain mungkin pengguna membeli game itu ketika sedang didiskon, sehingga tak benar-benar ingin memainkannya alias hanya untuk sekadar koleksi saja. Hal ini mirip seperti sebuah fenonema di Jepang bernama “Tsundoku” alias membeli buku tanpa membacanya.
Baca juga: 70 Game Indie Dicuri dan Dijual Lagi di Steam
Di samping itu, pengguna juga kini dijejali dengan banyak platform hiburan yang mungkin saja lebih menarik dan mudah dinikmati, salah satunya seperti platform video on demand (VOD) Netflix.
Secara bisnis, game yang laris manis tentunya menjadi impian untuk para developer game. Sebab, mereka bisa mendulang pendapatan dari setiap game yang laku terjual, sebagaimana dirangkum KompasTekno dari WCCFTech, Selasa (15/7/2025).
Namun, fenomena membeli game tanpa memainkannya boleh jadi akan berpengaruh pada basis penggemar dan komunitas game itu sendiri, di mana data pembeli dan pemain mungkin tidak akan sesuai dengan kenyataan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.