
KOMPAS.com – Radiasi dari ponsel kerap menjadi topik yang memicu kekhawatiran publik, terutama soal hubungannya dengan penyakit kanker.
Seiring meningkatnya penggunaan smartphone dalam kehidupan sehari-hari, banyak yang bertanya-tanya, apakah benar paparan radiasi dari ponsel bisa membahayakan tubuh, bahkan memicu kanker?
Kekhawatiran ini bukan tanpa alasan, mengingat ponsel memancarkan gelombang radio (radiofrequency/RF) yang termasuk dalam jenis radiasi non-ionisasi.
Maka dari itu, beberapa peneliti pun telah melakukan berbagai studi jangka panjang guna mengukur dampak sebenarnya dari penggunaan ponsel terhadap kesehatan. Lantas bagaimana penjelasannya? Selengkapnya KompasTekno merangkum uraiannya.
Baca juga: 5 Smartphone dengan Radiasi Paling Tinggi, Xiaomi Mendominasi
Apakah radiasi ponsel benar-benar picu kanker?
Dilansir dari laman cancer.org, cara kerja ponsel adalah mengirim dan menerima sinyal dari menara seluler (base station) terdekat menggunakan gelombang RF.
Gelombang ini berada dalam spektrum elektromagnetik antara gelombang radio FM dan gelombang mikro. Seperti cahaya tampak dan panas, RF merupakan radiasi non-ionisasi, artinya tidak memiliki cukup energi untuk merusak DNA secara langsung dan menyebabkan kanker.
Hal ini berbeda dari radiasi ionisasi seperti sinar-X dan sinar gamma yang dapat merusak DNA dan memicu kanker. Dalam jumlah sangat tinggi, gelombang RF dapat memanaskan jaringan tubuh. Namun, energi yang dipancarkan ponsel sangat rendah dan tidak cukup untuk menaikkan suhu tubuh secara signifikan.
Bagaimana seseorang terpapar radiasi RF?
Gelombang RF berasal dari antena ponsel yang berada di dalam bodi perangkat. Gelombang paling kuat berada di dekat antena dan melemah seiring jarak. Saat ponsel digunakan di dekat kepala, jaringan tubuh terdekat menyerap lebih banyak energi.
Beberapa faktor yang memengaruhi tingkat paparan RF:
- Lama penggunaan ponsel
- Jarak antara ponsel dan kepala (misalnya menggunakan speaker atau headset akan mengurangi paparan)
- Jarak ke menara seluler terdekat (semakin jauh, sinyal butuh energi lebih besar)
- Banyaknya lalu lintas jaringan di sekitar
- Model ponsel yang digunakan (SAR tiap model berbeda)
Apa Itu SAR?
SAR (Specific Absorption Rate) adalah jumlah energi RF dari ponsel yang diserap tubuh pengguna. Batas SAR maksimum di Amerika Serikat menurut Federal Communications Commission (FCC) adalah 1.6 watt per kilogram (W/kg).
Namun, angka SAR maksimum tidak selalu mencerminkan paparan sebenarnya selama penggunaan normal karena dipengaruhi oleh banyak variabel.
Apakah ponsel menyebabkan tumor/kanker?
Karena ponsel biasanya digunakan dekat kepala, kekhawatiran utama adalah potensi kanker otak seperti:
- Glioma (tumor otak ganas)
- Meningioma (tumor otak jinak)
- Neuroma akustik (tumor saraf pendengaran)
- Tumor kelenjar ludah
Adapun penelitian dibagi menjadi dua, yaitu studi laboratorium dan studi populasi. Studi lab (misalnya pada tikus) menunjukkan peningkatan tumor jantung pada tikus jantan yang terpapar RF, namun hasilnya belum dapat diterapkan langsung pada manusia.
Studi populasi seperti INTERPHONE, studi kohort Denmark, dan Million Women Study belum menemukan hubungan pasti antara penggunaan ponsel dan peningkatan tumor otak.
Kesimpulan
Meski sejumlah penelitian telah dilakukan, hingga kini belum ada kesimpulan pasti yang menghubungkan penggunaan ponsel dengan risiko kanker. Salah satu alasannya adalah durasi studi yang masih tergolong pendek untuk mendeteksi efek jangka panjang.
No responses yet